Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup diperantauan Sepertiku itu tidak mudah


Untukmu yang Sedang Berjuang di Perantauan. Jangan Menyerah, Ini Sebaik-baiknya Pelajaran!

Merantau bukan hanya sekadar berpindah tempat tinggal. Lebih dari itu, merantau juga soal mendobrak batasan, memperbarui kebiasaan, dan berdamai dengan keterasingan.
Masa-masa awal merantau akan dipenuhi rasa ragu. Apakah kamu mampu, apakah kamu diterima di tempat itu, sudah tepatkah keputusanmu. Ada rasa ingin pulang karena tetap ada yang tertinggal di kampung halaman. Ada rasa ingin kembali pada kehidupan yang lebih gampang, yang lebih nyaman.
Tapi bukan perantau sejati namanya kalau pulang terlalu dini. Apalagi, merantau sebenarnya mampu mengajarkanmu untuk menjadi sebaik-baiknya pribadi. Hei kamu para perantau, mau ‘kan berjanji untuk tetap berjuang? Pantang pulang sebelum membawa kesuksesan!


  • Kesalahpahaman dan kejadian memalukan itu wajar terjadi. Justru dari situ kamu banyak belajar dan menempa diri, seperti halnya saya sendiri


Di masa-masa awal di perantauan, kamu masih belum tahu sejauh mana dirimu mampu beradaptasi. Maklum, semuanya berbeda — dari diberbagai yang dipakai, hawa cuaca, sampai kebiasaan orang-orangnya.
Merantau jauh ke kota yang masih terhitung dekat pun bukan berarti gampang. Jika kamu mengadu nasib dari PEKANBARU ke BANDUNG, misalnya, meskipun masih sama-sama INDONESIA, kamu akan menemukan banyak adat yang berbeda. Kamu juga harus hati-hati dalam bersikap atau berkata-kata,
Berhubung semuanya baru, kamu pun rentan salah paham dan melakukan hal yang memalukan. Bukannya mau bermaksud kurang ajar, kamu hanya kurang mengerti bahwa yang kamu lakukan kurang sopan. Saat sudah menyadari kesalahanmu ini, kamu juga malu luar biasa kok. Tapi jangan cemas. Di awal perantauan, salah itu wajar. Justru dari situ kamu akan lebih cepat belajar.


  • Tinggal di kost atau kontrakan , sepi pun singgah di hati.


Rumah yang selalu ramai dengan kehadiran orangtua, adikku, serta tamu, membuat kamu tak pernah merasa kesepian. Akhir pekan atau waktu senggang pun tak masalah jika hanya dihabiskan di rumah. Bahkan kalaupun harus keluar, seringnya pasti bersama keluarga.


  • Nyuci baju, cari makan - segala sesuatu mesti dilakukan sendiri. Tenang, itu akan membuatmu menjadi pribadi yang mandiri


Biasanya ada Ibu yang bantu menyiapkan segala kebutuhan dan keperluan. Biasanya ada keluarga yang menemani kegiatan waktu makan. Biasanya ada Ayah yang siap sedia bekerja bernagkat pagi. Semua hal tampak lebih mudah ketika bersama keluarga.
namun setelah hidup dipernatau, bangun pagi tidak ada apa apa. hehehe


  • Kangen masakan rumah, belum lagi untuk harus berhemat. Mau nggak mau, daripada kantongku sekarat


Makan gratis dengan rasa yang luar biasa nikmat memang cuma bisa kamu dapat di rumah. Saat tinggal di perantauan, tidak masakan yang rasanya sebanding dengan makanan rumah dan harganya gratis. Kamu juga tidak bisa makan semaumu, karena harus mengingat uang atau penghasilan bulanan.
untungnya saya kerja. jadi saya usahakan untuk menyisihkan beberapa uang


  • Cuma keluarga yang benar-benar mengerti diri kamu. Nah, itu tanda kalau kamu justru harus mulai mengerti orang lain dan tidak egois


Saat di perantauan, kamu ada di posisi yang kurang nyaman, karena teman-teman barumu kurang bisa mengerti diri kamu. Keberadaan keluarga menjadi hal yang paling dirindukan, mengingat cuma mereka yang benar-benar bisa memahami kebiasaan aneh dan kelakuan eksentrik kamu. Namun sebelum kamu larut dalam “ke-aku-an” semata, ada baiknya kamu mulai mengubah pemikiran kalau orang lainlah harus mengerti kamu.


  • Saat kerja atau kuliah adalah hal terakhir yang ingin kamu lakoni, kamu pun belajar memotivasi diri sendiri


Hidup terpisah dari orangtua dan keluarga, artinya tak ada yang mengawasi. Teman-teman pun nggak seperti keluarga yang serta merta hobi menasihati. Ini bisa membuat kamu terjebak pada zona malas: toh tak ada yang memarahi saat kamu guling-gulingan di kasur sepanjang hari.
Ketika tinggal sendiri di perantauan, kamu sudah harus tanggap untuk memotivasi diri sendiri. Lagipula, apa nggak malu jauh-jauh pergi dari rumah hanya untuk malas-malasan di kota orang?


  • Di perantauan, hal remeh-temeh juga mesti diperhatikan. Harus disiplin supaya tidak keteteran.


“Duh, bangun kesiangan, baju belum disetrika, ada tugas yang belum selesai pula.”

Ah, di perantauan, kebiasaan yang seperti ini mana boleh bertahan lama? Ini bukan rumah yang apa-apa ada! Kamu tidak punya Bibi yang akan senang hati menyediakan segala kebutuhan dan keperluanmu.

Kamu pun harus terbiasa mengatur segalanya. Mulai dari hal-hal remeh temeh sampai yang paling penting, semua mesti terencana. Supaya tercapai apa yang kamu inginkan sebagai perantau muda. Supaya pengorbananmu untuk pergi jauh dari rumah tak sia-sia.

Saya sendiri sudah belajar hidup merantau dari kelas 1 smp dulu, sebelumnya saya pernah sekolah di jawa timur dan kembali keriau, dan sekarang saya sudah bekerja di bandung.
intinya kita sebagai perantau jangan pernah minder kepada orang lain, karena kita minder bisa tersingkirkan kepada orang lain.

perbanyaklah berdoa agar kita hidup nyaman dipernatauan.
saya mengambil beberapa referensi blog ini dari hipwee.com
dan sumber blog lainnya

Posting Komentar untuk "Hidup diperantauan Sepertiku itu tidak mudah"